Bagi banyak pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), ada satu pertanyaan yang seringkali sulit dijawab: “Berapa gaji yang pantas untuk saya ambil dari bisnis saya sendiri?”
Akhirnya, yang terjadi adalah uang bisnis tercampur dengan uang pribadi. Keuntungan diambil sesuka hati saat ada kebutuhan, tanpa perhitungan yang jelas. Praktik ini, meskipun umum, sangat berbahaya bagi kesehatan dan pertumbuhan bisnis jangka panjang.
Menggaji diri sendiri secara rutin bukan tindakan egois, melainkan sebuah langkah strategis untuk membangun bisnis yang profesional dan berkelanjutan. Artikel ini akan memandu Anda cara menentukan gaji untuk diri sendiri secara tepat dan terukur.
Mengapa Wajib Menggaji Diri Sendiri?
Sebelum membahas caranya, mari kita pahami mengapa ini adalah fondasi penting dalam manajemen keuangan UMKM:
- Memisahkan Keuangan Bisnis dan Pribadi: Ini adalah aturan nomor satu. Dengan gaji yang jelas, Anda menciptakan batas tegas antara aset perusahaan dan aset pribadi.
- Mengetahui Laba Usaha yang Sebenarnya: Gaji pemilik adalah biaya operasional. Tanpa memasukkannya, laporan laba rugi Anda tidak akan akurat. Anda mungkin merasa untung besar, padahal keuntungan itu belum dipotong “biaya” kerja keras Anda.
- Meningkatkan Disiplin Keuangan: Gaji yang tetap melatih Anda untuk hidup sesuai anggaran pribadi, sama seperti karyawan lainnya. Ini mencegah Anda mengambil uang dari kas bisnis secara impulsif.
- Memudahkan Perencanaan dan Penskalaan: Saat Anda ingin merekrut seseorang untuk menggantikan peran Anda, Anda sudah tahu berapa biaya yang harus dianggarkan karena Anda sudah memiliki patokan gaji untuk posisi tersebut.
Hindari 3 Kesalahan Umum Ini
Sebelum menetapkan gaji, pastikan Anda tidak melakukan kesalahan-kesalahan berikut:
- Mengambil Sisa Uang di Kas: Menganggap semua sisa uang di akhir bulan sebagai keuntungan pribadi adalah resep menuju kehancuran arus kas.
- Tidak Konsisten: Bulan ini mengambil Rp 5 juta, bulan depan Rp 2 juta, bulan berikutnya tidak sama sekali. Ini membuat perencanaan keuangan menjadi mustahil.
- Menetapkan Gaji Terlalu Tinggi: Mengambil gaji besar di awal berdirinya usaha dapat “mencekik” bisnis Anda dan menghambat pertumbuhannya.
3 Metode Mudah Menentukan Gaji Pemilik Usaha
Tidak ada satu rumus pasti, tetapi Anda bisa menggunakan salah satu atau kombinasi dari tiga pendekatan logis berikut ini.
Metode 1: Berdasarkan Harga Pasar (Market Rate)
Ini adalah cara paling profesional. Tanyakan pada diri Anda: “Jika saya harus merekrut orang lain untuk melakukan semua pekerjaan yang saya lakukan sekarang, berapa saya akan membayarnya?”
- Cara Melakukannya:
- Tulis Semua Peran Anda: Apakah Anda merangkap sebagai manajer, admin media sosial, akuntan, sekaligus kurir? Tulis semuanya.
- Riset Gaji: Cari tahu berapa standar gaji untuk setiap peran tersebut di wilayah Anda. Anda bisa melihat situs lowongan kerja atau bertanya pada rekan seprofesi.
- Tentukan Angka yang Wajar: Tentu Anda tidak bisa menjumlahkan semua gaji itu. Ambil angka yang paling mendekati peran utama Anda (misalnya, Manajer Operasional) sebagai patokan.
- Keuntungan: Memberikan gambaran biaya riil jika bisnis Anda suatu saat berjalan tanpa Anda.
- Kekurangan: Mungkin tidak realistis untuk bisnis yang baru merintis dan belum memiliki profit yang stabil.
Metode 2: Berdasarkan Kemampuan Bisnis (Profitabilitas)
Metode ini lebih realistis untuk UMKM yang arus kasnya masih naik-turun. Gaji Anda didasarkan pada persentase dari keuntungan bersih bisnis.
- Cara Melakukannya:
- Hitung Laba Bersih Bulanan: Laba Bersih = Total Pendapatan – (HPP + Semua Biaya Operasional). Ingat, jangan masukkan gaji Anda di perhitungan awal ini.
- Tentukan Persentase: Tentukan berapa persen dari laba bersih yang akan Anda ambil sebagai gaji dan berapa persen yang akan ditahan sebagai laba ditahan (retained earnings) untuk pengembangan usaha.
- Contoh: Anda memutuskan mengambil 50% dari laba bersih sebagai gaji. Jika bulan ini laba bersih bisnis Rp 8.000.000, maka gaji Anda adalah Rp 4.000.000. Sisa Rp 4.000.000 lainnya tetap di rekening bisnis untuk modal, dana darurat, atau investasi.
- Keuntungan: Aman untuk arus kas karena Anda hanya mengambil uang jika bisnis benar-benar untung.
- Kekurangan: Penghasilan Anda tidak tetap setiap bulan.
Metode 3: Berdasarkan Kebutuhan Hidup Minimum
Ini adalah pendekatan paling dasar, cocok untuk bisnis yang benar-benar baru dimulai. Tujuannya adalah memastikan kebutuhan pribadi Anda tercukupi tanpa membebani bisnis.
- Cara Melakukannya:
- Hitung Biaya Hidup Bulanan: Buat daftar semua pengeluaran pribadi Anda yang wajib, seperti biaya makan, cicilan, transportasi, tagihan, dan kebutuhan pokok lainnya.
- Jadikan sebagai Gaji Minimum: Jumlah total kebutuhan hidup Anda menjadi patokan gaji minimum yang harus bisa dibayarkan oleh bisnis.
- Keuntungan: Sederhana dan memastikan kelangsungan hidup Anda.
- Kekurangan: Tidak mencerminkan nilai pekerjaan Anda dan bisa membuat Anda “underpaid”. Sebaiknya gunakan metode ini sebagai titik awal sebelum beralih ke metode lain saat bisnis sudah stabil.
Kesimpulan: Disiplin Adalah Kunci
Metode mana pun yang Anda pilih, kunci utamanya adalah konsistensi dan disiplin.
- Buka Rekening Terpisah untuk bisnis dan pribadi.
- Tetapkan Metode penentuan gaji Anda.
- Transfer Gaji Anda pada tanggal yang sama setiap bulan, layaknya seorang karyawan.
- Review Secara Berkala. Saat bisnis Anda tumbuh, jangan ragu untuk menaikkan gaji Anda secara proporsional.
Memperlakukan diri sendiri sebagai karyawan pertama di bisnis Anda adalah cerminan profesionalisme. Ini tidak hanya menyehatkan arus kas, tetapi juga membangun fondasi yang kuat untuk bisnis UMKM yang siap bertumbuh besar.




Leave a comment